
PROBOLINGGO – SGB-News.id,– Sebuah ironi sedang terjadi. Pergerakan yang seharusnya menjadi garda terdepan mengawal kepentingan rakyat, kini justru saling berhadap-hadapan. Ada kelompok yang rela melaporkan sesama pejuang hanya demi membela instansi pemerintahan yang tengah disorot.
Di tengah krisis ekonomi yang menjerat masyarakat kecil, suara kritis aktivis semakin sulit terdengar. Bukan hanya ditekan oleh birokrasi, tetapi juga dibungkam oleh sesama pergerakan yang kehilangan arah.
Kritik seharusnya dipahami sebagai bagian dari kontrol sosial. Namun kini, kritik justru diperlakukan sebagai ancaman. Saat ada aktivis yang bersuara lantang, laporan hukum menjadi senjata. Lebih menyedihkan lagi, senjata itu ditembakkan bukan hanya oleh penguasa, melainkan juga oleh kawan seperjuangan.
Fenomena ini memperlihatkan betapa rapuhnya pemahaman sebagian kelompok pergerakan. Mereka tidak lagi berdiri di barisan rakyat, melainkan menjadi tameng bagi kepentingan birokrasi.
Sejarah membuktikan, perubahan besar hanya lahir dari pergerakan yang senyawa — bergerak bersama, dengan satu tujuan: membela rakyat. Perpecahan hanya akan melemahkan daya pukul.
Saat ini, yang dibutuhkan bukanlah saling lapor, melainkan saling merangkul. Bukan saling menjatuhkan, melainkan saling menguatkan. Sebab, jika aktivis sibuk melawan aktivis, penguasa yang abai akan semakin leluasa mengendalikan rakyat.
Rakyat sedang terjepit oleh himpitan ekonomi. Harga-harga naik, kebijakan tidak berpihak, sementara suara rakyat kerap dianggap angin lalu. Dalam situasi seperti ini, pergerakan tidak boleh tercerai-berai.
“Perjuangan bukan soal siapa yang paling vokal, tapi siapa yang paling konsisten berdiri di pihak rakyat. Jika kita terpecah, maka kita kalah. Tapi jika kita bersatu, suara rakyat akan kembali bergema,” ungkap salah satu tokoh LSM.
Kasus saling lapor antaraktivis ini menjadi alarm keras. Demokrasi di daerah sedang sakit. Rakyat butuh suara pembela, bukan pergerakan yang justru menjelma menjadi perpanjangan tangan kekuasaan.
Kini saatnya semua elemen pergerakan kembali ke jalur perjuangan yang murni: mengawal rakyat. Karena hanya dengan pergerakan yang senyawa, kekuasaan tidak akan bisa membungkam kebenaran.
Penulis Shinta Rahmawati FR