
Gambar Ilustrasi
PROBOLINGGO – SGB-News.id ,-Aksi penipuan berkedok advokat yang diduga dilakukan HEW bersama sejumlah rekannya meresahkan warga di Kecamatan Maron dan Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Berdasarkan data yang dihimpun tim investigasi, para pelaku memanfaatkan kondisi ekonomi sulit untuk menjebak warga dengan janji penyelesaian masalah, khususnya sengketa tanah.
Salah satu pelaku berinisial HEW, yang dikenal sebagai mantan redaksi media, beraksi bersama SLM, oknum wartawan asal Desa Pesisir, Kecamatan Gending. SLM bahkan dikenal masyarakat sebagai tokoh agama yang banyak didatangi tamu, layaknya “dukun” atau “mbah” yang bisa menyelesaikan berbagai masalah.
Nama lain yang disebut korban adalah WHY, BB, serta FRK. Ketiganya mengaku sebagai wartawan atau bahkan pengacara, namun belakangan diketahui hanya bertindak layaknya “pokrol”.
Menurut catatan dan informasi yang diperoleh awak media, sepak terjang kelompok ini sudah menelan banyak korban selama bertahun-tahun. Modusnya: meminta uang panjar (DP) dengan dalih biaya penyelesaian perkara, namun hasilnya nihil.
Salah satu korban, Fitri, mengaku kehilangan hingga Rp70 juta.
“Uang saya sekitar Rp70 juta dengan janji penyelesaian sengketa tanah milik ahli waris dari almarhumah Bu Tirto Samjati seluas 1.300 m². Katanya sudah mendatangkan alat ekskavator untuk eksekusi bangunan milik tetangga, tapi nyatanya hanya janji-janji. Ternyata itu modus penipuan. Gara-gara HEW cs, saya bahkan sampai ke Kalimantan mencari jalan keluar,” ungkap Fitri.
Sementara itu, BB, salah satu nama yang disebut korban, berdalih bahwa komunikasi korban selalu dilakukan melalui SLM.
“Bukan HEW yang langsung bicara dengan korban, semuanya lewat SLM. Cari dulu perantaranya baru ke HEW. Bahkan, ada info dari Pak AG yang juga jadi korban sampai rugi Rp13 juta. Bisa ditanyakan langsung ke Kades Pesisir, Pak Sanemo,” ujar BB.
Kepala Desa Pesisir, Sanemo, membenarkan adanya laporan dugaan penipuan yang melibatkan warganya, SLM.
“Benar, saya sudah pernah melakukan mediasi di kantor desa bersama pihak korban, tapi SLM tidak hadir. Dia memang sering mengaku sebagai ulama atau kiai. Banyak tamu datang ke rumahnya, mirip seperti ‘mbah dukun’,” ungkap Sanemo.
Kasus ini kini terus bergulir, sementara sejumlah korban masih menunggu kepastian hukum. (Bersambung)
Hardon